Insidious adalah film horor Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2011. Film ini ditulis oleh Leigh Whannell, dan disutradarai oleh James Wan. Pemerannya antara lain Rose Byrne, Lin Shaye, dan Barbara Hershey. Tayang di salah satu TV swasta nasional tepat tanggal 21 Juli 2016 kemarin mulai pukul 21.00 sampai 23.30 WIB
Tentu saja tulisan ini saya buat setelah melihat tayangan Insidious malam itu. Sebenarnya sih secara tak sengaja saja untuk menemani saya menyortir stok lama @enacraft (online shop saya di akun Facebook) agar bisa diposting di album sale.
Seperti kebanyakan film horor buatan Amerika. Efek film, animasi dan atau make up menjadi andalan. Ditambah dengan sound effect yang tentu saja mengagetkan berkali kali. Tak terduga sampai di akhir cerita dibumbui dengan suasana dan gaya penceritaan yang cukup membuat takut pemirsa. Terutama yang baru mencicipi film horor luar negeri.
Insidious chapter 1 dipenuhi dengan tema perjalanan dunia roh, anak dari pasangan suami isteri yang karena terjatuh dari tangga kemudian koma, sampai dengan diundangnya cenayang untuk menyelesaikan masalah pelik pasangan suami isteri ini. Semua adegan misteri selalu dihubungkan dengan akal atau ilmu pengetahuan. Peran Agama sama sekali terabaikan.
Jangan tanya apa saya takut. Saya banyak konsen merapikan gudang yang ada di lorong rumah. Tentu dengan lampu super terang (sedikit alasan) dan lem tembak ditangan (langsung sibuk reparasi bross jika adegan mulai tak nyaman) tak ada pilihan. Satu satunya sinyal bersih malam itu hanya Insidious saja. (Tertawa bebek)
Sedang Mak Lampir adalah sebuah sinetron kolosal produksi Genta Buana Pitaloka yang ditayangkan diIndosiar pada tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2005. Pemain utama di sinetron ini ialah Farida Pasha,Rizal Djibran, dan Monica Oemardi
Mak Lampir disanding dengan Insidious tentu kalah zaman, kalah teknik film, kalah tampilan dan kalah pamor tentunya. Namun dibanding Insidious Mak Lampir lebih dikenal pemirsa Indonesia dan Melayu di zamannya sampai berpuluh episode yang meski ujungnya mbulet seperti kebanyakan sinetron Indonesia.
Insidious boleh bangga dengan pemain kelas Hollywood, namun maaf, semua film horor mereka yang pernah saya lihat hanya bisa "mengagetkan saja: membuat orang tutup mata sebagai reaksi spontan." Sedangkan horor Indonesia yang maaf saya tidak minat selain Mak Lampir.
Dengan segala judul yang berbau sex atau absurditas yang membuat mentalitas generasi muda keropos, saya merasa perlu menekankan bahwa Mak Lampir dengan ketenarannya saat itu perlu dibangkitkan lagi dengan tema dan kualitas yang lebih baik. Mak Lampir memiliki tema yang mendasar dan jelas. Jelas siapa yang jahat dan siapa yang benar. Jelas bahwa orang orang yang menjadi pengikutnya kelak akan masuk neraka dan jelas amanat filmnya. Setiap episodennya selalu penuh dengan nilai spiritual, dibanding dengan Insidious yang hanya menginformasikan bahwa ada dunia lain, kebiasaan aneh dan penyelesaian yang menggantung tanpa tautan agama sama sekali. Semua menggunakan otak dan teknologi.
Indonesia perlu belajar banyak tentang teknik membuat orang tidak hanya kaget, takut dan atau bahkan mengganti chanel televisi karena ngeri namun tetap terlihat realistis. Lihat saja semua horor luar negeri. Semua masuk akal dan dapat dipikir nalar. Indonesia juga perlu belajar banyak bagaimana membuat pesan spiritual keagamaan yang tidak menggurui dan menyitir satu golongan tertentu. Seuniversal mungkin lah istilahnya.
Yah... tentu saja saya bukan orang yang kapabel dalam mengkritisi film. Anda boleh mengkritik tulisan saya. Namun jelasnya Mak Lampir masih sanggup mengalahkan Insidious jika dikemas lagi. Kecuali jika dihadapkan dengan keuntungan bisnis film dan kesukaan pemirsa Indonesia. Ya silahkan saja. Mau hantunya ngesot sambil keramas atau mau hahahihihi sambil huhuhehe itu hak pemilik modal. Bagi saya sudahlah tanyangan film luar negeri yang tayang di televisi tiap hari sudah menjadi bukti bahwa bangsa ini masih ngesot di dunia perfilman dan bangga dengan cerita picisan di sinetron picisan. Maaf.